Kamis, 11 Desember 2008

Memiliki hubungan yang sehat didalam Tuhan

Kisah kami diawali dua tahun yang lalu. Ketika itu, saya dan David hanya berteman biasa. Bahkan sebenarnya kami hanya saling mengetahui nama masing-masing dan tidak pernah berbicara. 

Saya masih ingat ketika itu saya sedang duduk bersama dengan teman-teman wanita lainnya. Biasalah..sedang membicarakan tentang si ini, si anu, si ono dan si itu. Ketika sedang mendengarkan salah seorang temen saya berbicara, tiba-tiba dalam hati saya berkata "Mega..this is it. This is the one. Look!" Saya langsung tersentak. Ketika itu, saya tidak melihat siapa pun kecuali kumpulan kami saja. Lalu saya menoleh ke belakang. Dan disitulah saya melihat David. Pria sederhana yang sejujurnya tak akan masuk dalam kriteria pria idaman saya. Ketika hati saya berkomunikasi dengan saya, David sedang berjalan melewati punggung saya. Saya langsung berbicara sendiri "David Tuhan??? Agh Tuhan jangan bercanda ah!" Lalu saya diamkan saja sambil berpikir, "ah mungkin ini hanya perasaan saja saja".

Tak lama setelah itu, saya merasakan bahwa hati saya tertarik dengan dia tapi pikiran dan jiwa saya sama sekali tidak tertarik dengan David.  Benar-benar bertolak belakang. David bukan seorang pria yang menarik mata saya. Telinga saya sudah akrab dengan nama David semasa saya kecil. Sahabat kecil saya , Helen, merupakan sepupu langsung dari David. Papanya Helen adalah kakanya papanya David. Jadi, saya tahu benar kelakuan David sejak kecil yang egois, pelit, kekanak-kanakan, emosian, dll.  

Semenjak peristiwa itu, saya langsung berdoa. Saya menguji perkataan hati saya. Saya percaya bahwa itu dari Tuhan tetapi saya belum yakin 100 %. Saya mulai memperhatikan David dari jauh. Tak dapat saya pungkiri bahwa David benar-benar tidak sesuai dengan keinginan hati saya. Tetapi saya terus berdoa dan menguji hal tersebut. Sering kali saya katakan, "Tuhan..jika benar David dari Engkau untukku, maka biarlah David menegur saya duluan." Saya tidak pernah membicarakan masalah ini kepada siapa pun pada saat itu. Jadi, benar-benar hanya antara Tuhan dan saya.

Kembali kepada doa saya. Keesokan harinya, di gereja, David menegur saya, "Hai meg. apa kabar?". Saya sangat terkejut. Dengan singkat saya jawab "baik". Lalu saya pergi. Malamnya say berdoa lagi, "Tuhan kalau memang David dari Engkau untuk ku, maka Tuhan..tolonglah buat David dan saya berbicara tapi dia dulu yang ngajak saya bicara." Hari minggu depannya, David mendatangi saya dan menanyakan tentang pelayanan. Lalu, kami berbicara. Doa saya terjawab. Hal tersebut berlangsung selama kurang lebih 2 tahun. Saya banyak meminta tanda dari Dia mengenai David dan DIA pun menjawab semua tanda tersebut secara positif. 

Setelah saya yakin dengan jawaban Tuhan, maka saya pun mulai mencari tahu perasaan David dan ketika itu saya mendapatkan bahwa dia tidak memiliki perasaan dengan saya. Satu hal yang saya tahu adalah jika perasaan itu memang dari Tuhan, maka David pun akan merasakan hal yang sama. Tetapi ketika itu David belum memiliki perasaan yang sama. Sampai suatu saat, David mengatakan bahwa saya adalah sahabat yang baik. Pupus sudah lah harapan saya. Saya menggugurkan perasaan tersebut dan mulai menganggapnya sebagai sahabat saja. Tetapi saya tetap berdoa kepadaNya.

Suatu saat, saya diutus oleh kantor untuk pergi ke Paris, Perancis selama 1 minggu. Semalam sebelum keberangkatan saya, David mengirimi SMS untuk mengingatkan saya supaya tidak ada yang ketinggalan. Besok paginya ketika saya hendak berangkat, David pun mengirimkan banyak SMS sebagai tanda perhatian. Lalu ketika di Airport Soekarno-Hatta, David menemani perjalanan saya melalui SMS-SMS yang dia kirimkan kepada saya. Saya mencoba untuk menetralkan perasaan saya. Tetapi dia kerap mengirimi saya SMS yang terkesan "berani" sebagai seorang sahabat. Bahkan ketika saya di Paris, saya merasa bahwa saya masih di Bekasi!! Karena saya merasa sangat dekat dengan dia. 

Setelah saya pulang ke Jakarta, kami mengadakan kebaktian pemuda di rumah saya. Malam itu, dia menyatakan perasaannya kepada saya yang telah ia pendam selama ini dalam bentuk surat cinta 7 lembar!!! Saya sangat bahagia karena Tuhan terus menunjukkan jawaban doa saya, meski saya sudah menyerah dan putus asa. Akhirnya kami sepakat untuk membangun hubungan.

Sebelum kami membangun hubungan, ada beberapa hal yang saya tegaskan kepada David, antara lain:

  1. Saya tidak tertarik untuk hubungan yang main-main dan bersifat kekanak-kanakan. Bukan berarti kami harus menikah, tetapi saya inign hubungan yang dewasa dan mengarah kepada pernikahan yang kudus.
  2. Posisi David akan selalu menjadi yang ketiga, setelah Tuhan dan keluarga saya. Tentu saja hal itu berlaku selama kami belum menikah.
  3. Saya ingin memulai hubungan ini dengan doa.
  4. Memiliki visi dan misi yang sama dalam hubungan ini.

Puji Tuhan, David setuju. Kami pun mendatangi otoritas kami di Gereja untuk berdoa bagi hubungan ini.  Ketika itu kami diingatkan untuk membangun roh dan bukan daging. Supaya ketika konflik itu muncul, manusia Roh akan menguasai kami masing-masing.

Benar..ketika kami membangun hubungan, tidak jarang kami mengalami konflik. Maklumlah namanya juga menyatukan dua kepala menjadi satu, pasti ada konflik. Mulai dari konflik pekerjaan, keluarga masing-masing, konflik pribadi, dll. Tetapi Puji Tuhan sekali, karena kami sudah mendasari hubungan ini berdasarkan firman Tuhan, maka tidak ada konflik yang tidak selesai lebih dari 1 hari. Ketika saya sedang "lemah" atau sensitif atau marah2, David selalu dalam keadaan yang kuat sehingga dia bisa mengalah. Begitu pula sebaliknya. Roh Kudus sungguh menjadi penengah dalam hubungan ini. 

Saya percaya hal ini dapat terjadi karena kami mengawali hubungan ini dengan baik. Kami juga mendasari hubungan ini dengan dasar yang teguh dan tak tergoncangkan, yaitu firman Tuhan. Kami saling membentuk pribadi lepas pribadi sehingga menjadi ciptaanNya yang murni dan bernilai tinggi. Kami tahu bahwa pasangan kami tidak akan pernah mengerti diri kami sebaik Tuhan mengerti kami masing-masing. Jadi inti dari sebuah hubungan adalah Tuhan, bukan saya dan bukan dia.

Begitu pula perinsip-perinsip dalam hubungan ini :

  1. Sekali untuk menikah : menjaga untuk ganti pasangan dan mempunyai komitmen yang teguh dan kokoh
  2. Memperhatikan buah roh dalam hubungan ini : bukan untuk mengumbar hawa nafsu, tetapi bertanggung jawab dan menghormati pasangan (1 Tes 4:6-8)
  3. Menghormati orang tua dalam hubungan ini
  4. Diarahkan dan nasihat dari pemimpin rohani (Ibrani 13:17; Amsal 11:14) 

GBU